Jumat, 19 Desember 2008

Petani Kelompok Penting Yang Diterlantarkan Negara

Sebentar lagi tanggal 23 Desember akan diperingati sebagai Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional. Walaupun tidak semonumental Hari Kemerdekaan, Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan, Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional ( HKSN ) memiliki makna yang sangat berarti dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam proses memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, makna HKSN tidak bisa dipisahkan dengan ketiga hari bersejarah yang disebutkan tadi. Hanya saja terkadang dalam wujud peringatannya kelihatannya biasa-biasa saja bahkan sering berlalu begitu saja.

HKSN, bukan suatu peristiwa melainkan sebuah nilai yang dipatrikan agar tidak dilupakan, bahkan lebih dari itu diharapkan senantiasa menafasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab nilai yang terkandung dalamnya sangatlah bermakna yakni menyatunya tentara dan sipil terutama petani di pelosok-pelosok, bahu membahu melawan tentara Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan. Kala itu tentara kita bertempur dengan teknik bergerilya yang sangat terkenal. Dan dalam pengembaraannya di desa-desa, rakyatlah yang menjadi tumpuan penopang terutama masalah logistik. Sebab persiapan logistik tentara kita memang tidak mencukupi dan kalaupun tersedia, belum ada sistim angkutan yang memungkinkan untuk membawanya ke tempat-tempat persembunyian yang jauh di pedalaman dan berpindah-pindah sesuai teknik yang dipilih; perang gerilya. Maka tanpa dukungan rakyat, tentunya bagian terbesar adalah petani, mustahillah tentara kita mampu bertahan menjalankan misinya untuk melawan tentara penjajah yang baik organisasi, keahlian maupun logistik jauh lebih unggul.

Petani masih penting ?

Memperingati HKSN berarti merenungi 2 hal; pertama, kemampuan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan adalah atas menyatunya kekuatan seluruh komponen bangsa tanpa terkecuali yang saling mendukung dengan peran masing-masing. Kedua, bahwa petani ternyata memiliki peran penting yang tidak bisa diremehkan apalagi diabaikan dalam perjalanan memperjuangkan, mempertahankan kemerdekaan.

Lalu apakah sekarang petani masih memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertanyaan ini teramat penting dikedepankan, melihat nasib petani yang tak kunjung membaik, dan dalam banyak hal petani tidak terurus untuk tidak mengatakan diterlantarkan. Contoh untuk membuktikan siunyalemen tsb yakni kelangkaan pupuk yang terus menerus terjadi setiap musim tanam. Hal itu merupakan gambaran jelas bahwa pemerintah tidak serius mengurus kebutuhan petani, sehingga pupuk yang menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam proses pertanian tidak pernah diurus dengan baik agar petani tidak perlu bersusah payah mencarinya dan tidak perlu membayarnya dengan harga yang sangat mahal. Jika petani dilihat sebagai kelompok penting dalam kehidupan berbangsa, sudah pastilah pemerintah akan berupaya secara maksimal dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kerap menyulitkan dan membuat kehidupan petani menjadi semakin sulit.

Contoh lain yang menjadi gambaran nyata kalau pemerintah tidak serius membantu petani, yakni tidak tanggapnya pemerintah merespon keluhan petani di berbagai daerah mengenai kesulitan mereka mendapatkan pupuk akhir-akhir ini.Jika pemerintah serius maka keluhan itu tidak sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu tanpa ada respon apapun. Bukankah media-media sudah pada ramai memberitakannya selama berhari-hari ? Tetapi kenapa pemerintah tidak langsung mengadakan rapat untuk membahasnya ? Kalaupun tidak diberitakan, bukankah di daerah-daerah bahkan sampai ke tingkat pelosok sekalipun ada aparat pemerintah yang bisa mendeteksi kelangkaan tsb. sehingga tanpa teriakan petani sekalipun, para aparat di sana sudah bisa langsung melaporkannya melalui sarana komunikasi canggih/telpon genggam yang sudah menjangkau hampir seluruh pelosok tanah air. Sebab aparat pemerintah melalui berbagai jalur bisa memonitor keadaan di lapangan sehingga dalam waktu yang singkat pemerintah sudah memiliki rekam kondisi di lapangan. Akan tetapi sebagaimana kita ketahui, pemerintah baru melakukan rapat koordinasi membicarakan masalah kelangkaan pupuk setelah petani berbondong-bondong mendatangi dan membongkar gudang-gudang pupuk. Atau ada juga yang menghadang truk-truk pengangkut pupuk. Jadi, kalau petani tidak menempuh tindakan-tindakan radikal seperti menghadang truk-truk pengangkut pupuk di tengah jalan, mungkin pemerintah tetap saja tidur nyenyak seakan-akan tak ada apa-apa, dan mungkin saja aparat dari bawah memang melaporkannya seperti dengan model laporanzaman Orde Baru; “ABS” asal bos senang. Tetapi keadaan demikian menjelaskan secara gamblang bahwa keadaan petani tidak termonitor dengan baik. Penyebabnya tak lain karena memang pemerintah tidak melihat petani sebagai kelompok yang memegang peranan penting sehingga harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh termasuk memonitor kebutuhan produksi mereka setiap saat. Kalau ada masalah sesegera mungkin dilaporkan, dan secepatnya dicarikan jalan keluar agar tidak memberatkan petani untukberproduksi. Tetapi kenyatannya pemerintah acuh dan baru bergerak setelah petani mulai bertindak radikal.

Sikap pemerintah yang acuh itulah menyebabkan masalah kelangkaan pupuk terjadi berulangkali setiap musim tanam dan tidak ada upaya untuk menyelesaikannya secara tuntas. Tidak mustahil, umumnya masyarakat bersikap seperti pemerintah, artinya tidak menganggap petani sebagai kelompok penting. Petani bahkan dianggap kelompok rendahan dalam strata sosial masyarakat. Maka nasib petani tak pernah berubah dari tahun ke tahun, dari masa ke masa, karena memang tidak ada yang perduli secara serius. Bahkan organisasi tani sekalipun di masa orde baru hanya dijadikan alat untuk konsolidasi suara petani bukan untuk memperjuangkan nasib petani.

Mengubah pandangan

Pandangan yang menempatkan petani sebagai kelompok rendahan atau tidak penting sudah waktunya dilawan dan dihapus. Menurut saya memperjuangkan nasib petani harus dimulai dari cara pandang. Memulainya secara simultan di semua lini, semua kelompok masyarakat, profesi, tetapi terutama harus dimulai dari pemerintah sebab birokrasi adalah mesin penggerak masyarakat. Apalagi karena di kalangan pemerintah sendiri memang tidak menempatkan petani sebagai kelompok penting sehingga harus diurus secara serius. Saya bisa berkesimpulan demikian setelah hampir 4 tahun berinteraksi dengan pemerintah di Komisi IV DPR RI. Banyak contoh yang bisa saya kemukakan sebagai hasil interaksi yang menggambarkan ketidakperdulian pemerintah pada pemerintah. Kecewa dengan sikap yang merendahkan petani, dalam suatu rapat kerja dengan Menteri Pertanian di Komisi IV DPR RI. Dalam suatu rapat kerja dengan Menteri Pertanian, tiba-tiba mematikan mike. Sebagai mengatakan, mikenya mati, dikiranya saya tidak tahu, padahal saya memang sengaja. Saya katakan; “tanpa alat ini kita tetap bisa bicara berjam-jam. Tetapi coba kalau tidak ada makanan, berapa lama kita bisa bertahan ? Siapa yang menyediakan makanan ? Petani. Itu artinya petani adalah kelompok yang sangat penting” .Mendengar penjelasan saya demikian para petinggi Departemen Pertanian dan anggota DPR terkesima. Merfeka baru sadar kalau saya memang sengaja mematikan mike. Sebagian bahkan manggut-manggut.

Itu baru contoh kecil, namun demikian sudah memberi kejelasan bahwa petani adalah kelompok yang penting bahkan maha penting karena tidak seorang pun yang tidak butuh makanan. Hanya saja mungkin saat menghadapi makanan di meja makan apalagi di tempat-tempat pesta yang mewah dan meriah, orang terhanyut dengan kemeriahan pesta dan lezatnya makanan sehingga tak sempat mengingat bahwa makanan yang dihadapinya, yang dicicipinya, yang dinikmatinya, yang disebutnya lezat, adalah jerih payah dengan cucuran keringat para petani.

Karena itu ada baiknya melalui peringatan HKSN dimanfaatkan sebagai momentum untuk menyatukan kembali semangat membangun bangsa, dengan mengubah cara pandang selama ini yang meremehkan petani menjadi pandangan yang mengagungkan petani. Karena petani adalah kelompok yang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama di republik tercinta ini karena sejak awal, petani tidak hanya sekedar penyedia makanan keseharian bagi keluarganya tetapi ikut berjuang dengan menopang logistik bagi tentara yang sedang berjuang demi terwujudnya Indonesia yang merdeka. Dengan demikian tak salah menyebut petani adalah pejuang bagi republik ini. Hanya kemudian tak terurus bahkan disepelehkan sehingga setiap musim tanam mereka harus pontang panting mencari pupuk bahkan dengan harga yang sangat mahal. Padahal urusan pupuk bukan urusan baru, bukan baru sekarang atau setahun silam, melainkan sejak dulu.Tetapi kenapa tidak pernah diselesaikan ? Itulah bukti ketidakseriusan pemerintah akibat cara pandang yang menganggap remeh para petani.

Sejatinya sebagai kelompok penting mereka harus diurus dengan baik, dengan serius, karena tanpa mereka kita tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan Menteri Pertanian dan DPR Komisi IV pun tidak bisa rapat tanpa makanan, seperti yang pernah saya kemukakan dalam rapat kerja, hanya untuk mengingatkan semua pihak terutama jajaran pengambil kebijakan bahwa petani adalah kelompok penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena kelompok penting maka kebijakaan-kebijakan yang diambil harus melindungi dan menguntungkan para petani agar mereka bisa menikmati kesejahteraan , karena itulah cita-cita kemerdekaan. Dan bila petani sejahtera negara pasti jaya.

Jacobus K. Mayong Padang

Anggota Komisi IV DPR RI

Tidak ada komentar: